Rabu, 02 April 2008

Rabu, 2008 Maret 26

Sepenggal Kisah Anak Remaja

Di sepanjang kehidupan anak manusia pasti banyak cerita yang telah menjadi sejarah dan terukir sebagai suatu kenangan, baik manis ataupun pahit akan tetap teringat dalam pikiran dan tersimpan dalam hati. Dan sebagai anak manusia, kiranya telah terlahir dengan fitrah yang mulia. Mereka senantiasa berkembang dari segi fisik maupun mental. Dan perubahan itu memang merupakan tugas dan karakteristik dari setiap orang. Namun terkadang orang lain justru tidak menyadari perkembangan tersebut. Di bawah ini saya akan coba berbagi cerita pada Bapak, dan mungkin dengan bercerita dapat membuat hati saya sedikit lega. Namun saya mohon pada Bapak untuk tidak menyinggung identitas saya jika Bapak mengulas cerita ini pada yang lainnya. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terimakasih banyak.

Seperti inilah ceritanya:

Sewaktu kecil, orang-orang disekitar lingkungan rumah mengenal saya sebagai seorang gadis tomboy yang bandel dan susah diatur. Ini disebabkan penampilan saya yang lebih suka ala anak laki-laki, dan lagipula saya lebih sering bermain dengan teman-teman laki yang sebaya dengan saya.

Meskipun nakal, tapi Alhamdulillah di sekolah masih bisa termasuk peringkat 10 besar. Dan menurut teman-teman, saya ini gadis yang memiliki ego tinggi (keras dan ga mau kalah). Karena sifat inilah saya ga pernah mau kalah dengan teman-teman yang lebih pandai dari saya. Saya ingin mengalahkan mereka dan saya yakin pasti bisa, karena menurut saya “kalau mereka bisa kenapa saya ga”. Lagipula saya ingin bisa membahagiakan orang tua dengan masuk peringkat 5 besar. Oleh karena itu saya belajar dan terus belajar dengan sungguh-sungguh untuk bisa meraih itu semua. Dengan motivasi yang kuat akhirnya saya bisa meraih peringkat 5 besar bahkan pertama.

Uuhh betapa senangnya saya serta orang tua karena ternyata saya bisa dapat apa yang saya mau. Tapi dengan peringkat itu saya merasa belum puas dan berhasil. Saya justru merasa kosong ilmu. Hanya memiliki nilai bagus dengan ilmu yang minim dan itu membuat saya merasa sedih.

Saya mencoba belajar bukan sekedar untuk mendapat nilai bagus, tapi juga untuk ilmu. Saat itu saya banyak termotivasi dari diri sahabat saya yang pandai dan juga tawadhu (rendah hati). Saya banyak mempelajari kepribadiannya yang baik serta cara ia belajar. Dan ketika itulah saya baru merasakan nikmatnya belajar hanya karena mengharap ilmu yang bermanfaat dari Allah. Hidup jadi lebih berarti dan hari-hari biasapun jadi lebih memiliki warna.

Kesuksesan itu akan senantiasa menjadi milik seseorang jika ia tetap mau mempertahankannya. Namun jika terabaikan akan terbang dan hilang. Hal ini karena “untuk meraih sesuatu itu sulit, namun untuk mempertahankannya jauh lebih sulit”. Dan akhirnya, karena saya mengabaikan kesuksesan itu maka iapun hilang.

Saat duduk di kelas II MA, tanpa sengaja saya mengenal seorang siswa sekolah lain dan mulai akrab dengannya. Dengan perkenalan yang singkat ini lambat laun ia menjadi orang yang menghiasi hari-hari saya dan mengganggu pikiran saya. Ingat dan rindu dia membuat saya kehilangan kendali dan ga bisa mengontrol emosi. Saya ga menyadari bahwa banyak sisi didiri saya yang perlahan berubah drastis. Saya lebih sering menyendiri dan mudah tersinggung serta males belajar. Ingatan tentang dia membuat motivasi belajar saya perlahan down. Karena ketidakmampuan saya mengendalikan emosi dan menjaga motivasi itu, akhirnya nilai-nilai sayapun jatuh secara drastis pula. Ketika itu saya baru sadar kelalaian saya dan menyesali semuanya. Ternyata tidak semua orang dapat termotivasi dalam belajar dari lawan jenis tapi justru dapat menghancurkan motivasi seseorang.

Penyesalan itu masih terukir di hati dan akan tersimpan selamanya. Dan yang lebih menyedihkan lagi, hingga kini saya belum bisa menemukan motivasi yang pernah hilang dari diri saya. Saya belum bisa mengembalikan semangat belajar yang pernah saya tanamkan dalam diri saya dulu. Hingga saat ini saya masih males-malesan dalam belajar serta merasa kehilangan kepercayaan pada diri sendiri.

Tidak ada komentar: